Kabupaten
Kabupaten KEPULAUAN
MERANTI
Profil | Sejarah | Arti Logo | Nilai Budaya
Profil
Nama Resmi
|
:
|
Kabupaten Kepulauan Meranti
|
Ibukota
|
:
|
Tebing Tinggi
|
Provinsi
|
:
|
Riau
|
Batas Wilayah
|
:
|
Utara : Selat Malaka dan Kab.Bengkalis
Selatan : Kab.Siak dan Kab.Pelalawan Barat : Kab.Bengkalis Timur : Kab.Karimun ( Prov.Kep.Riau ) |
Luas Wilayah
|
:
|
3.707,84 km²
|
Jumlah Penduduk
|
:
|
193.939 Jiwa
|
Jumlah Kecamatan
|
:
|
Kecamatan : 5, Kelurahan : 5, Desa
: 68
|
Website
|
:
|
(
Permendagri No.66 Tahun 2011 )
Kota Selatpanjang merupakan pusat pemerintahan kabupaten
Kepulauan Meranti, duhulu merupakan salah satu bandar(kota) yang paling sibuk
dan terkenal perniagaan di dalam Kesultanan Siak. Bandar ini sejak dahulu
telah terbentuk masyarakat heterogen, terutama sukuMelayu dan Tionghoa,
karena peran antar merekalah terbentuk erat dalam keharmonisan kegiatan
kultural maupun perdagangan. Semua ini tidak terlepas ketoleransian antar
persaudaraan. Faktor inilah yang kemudian menyuburkan perdagangan dan lalu
lintas barang barang maupun manusia dari China ke nusantara dan
sebaliknya.
Daerah Selatpanjang dan sekitarnya sebelumnya merupakan wilayah
kekuasaan Kesultanan Siak Sri Indrapura yang merupakan salah satu kesultanan
terbesar di Riau saat itu.Pada masa pemerintahan Sultan Siak VII yaitu Sultan
Assyaidis Syarif Ali Abdul ajlil Syaifuddin Baalawi yang bertahta tahun
(1784 - 1810 ), biasa disapa Sultan Syarif Ali, memberi titah kepada Panglima
Besar Muda Tengku Bagus Saiyid Thoha untuk mendirikan Negeri atau
Bandar di Pulau Tebing Tinggi. Selain tertarik pada pulau itu juga karena
Sultan Assyaidis Syarif Ali Abdul Jalil Syaifuddin Baalawi sendiri pernah
singgah ke daerah itu, tujuan utama Sultan Syarif Ali ingin himpun kekuatan
melawan Kerajaan Sambas ( Kal-Bar ) yang terindikasi bersekutu dengan
Belanda yang telah khianati perjanjian setia dan mencuri mahkota Kerajaan Siak.
Negeri atau Bandar ini nantinya sebagai ujung tombak pertahanan ketiga setelah
Bukit Batu dan Merbau'' untuk menghadang penjajah dan lanun.
Maka bergeraklah armadanya dibawah pimpinan Panglima Besar Muda
Tengku Bagus Saiyid Thoha pada awal Muharram tahun 1805 Masehi diiringi
beberapa pembesar Kerajaan Siak, ratusan laskar dan hulu balang menuju Pulau
Tebing Tinggi. Mereka tiba di tebing Hutan Alai( sekarang Ibukota
Kecamatan Tebingtinggi Barat ). Panglima itu segera menghujam kerisnya memberi
salam pada Tanah Alai.Tanah Alai tak menjawab, Ia meraup tanah sekepal, terasa
panas. Ia melepasnya, “Menurut sepanjang pengetahuan den, tanah Alai
ini tidak baik dibuat sebuah negeri karena tanah Hutan Alai adalah tanah
jantan, Baru bisa berkembang menjadi sebuah negeri dalam masa waktu yang lama,”kata
sang panglima dihadapan pembesar Siak dan anak buahnya.
Panglima bertolak menyusuri pantai pulau ini. Lalu, terlihat
sebuah tebing yang tinggi. “Inilah gerangan yang dimaksud oleh ayahanda
Sultan Syarif Ali,” pikirnya. Armada merapat ke Tebing Tanah Tinggi
bertepatan tanggal 07 April 1805 Masehi. Di usia masih 25
tahun itu, dengan mengucap bismillah Panglima melejit ke darat
yang tinggi sambil memberi salam. “Alha-mdulillah tanah tinggi ini
menjawab salam den,”katanya. Tanah diraupnya, terasa sejuk dan nyaman. Ia
tancapkan keris di atas tanah (lokasinya sekarang kira-kira dekat komplek
kantor Bea Cukai Selatpanjang ). Sambil berkata, “Dengarkanlah
oleh kamu sekalian di tanah Hutan Tebing Tinggi inilah yang amat baik didirikan
sebuah negeri. Negeri ini nantinya akan berkembang aman dan makmur apabila
pemimpin dan penduduknya adil dan bekerja keras serta menaati hukum-hukum
Allah.”
Panglima itu berdiri tegak dihadapan semua pembesar kerajaan,
laskar, hulu balang, dan bathin-bathin sekitar pulau. “Den bernama
Tengku Bagus Saiyid Thoha Panglima Besar Muda Siak Sri Indrapura. Keris den ini
bernama Petir Terbuka Tabir Alam Negeri. Yang den sosok ini den namakan Negeri
Makmur Kencana Bandar Tebing Tinggi.”itulah nama asal muasal kota
Selat Panjang.
Setelah menebas hutan, membuka wilayah kekuasaan, berdirilah
istana panglima besar itu. Pada 1810 Masehi Sultan Syarif Ali mengangkat
Panglima Besar Muda Tengku Bagus Saiyid Thoha itu sebagai penguasa pulau. Kala
itu, sebelah timur negeri berbatasan dengan Sungai Suir dan sebelah barat
berbatasan dengan Sungai Perumbi,seiring perkembangan waktu bandar ini semakin
ramai dan bertumbuh sebagai salah satu bandar perniagaan di kesultanan siak.
Ramai interaksi perdagangan didaerah pesisir Riau inilah
menyebabkan pemerintahan Hindia Belanda ikut ambil dalam bagian penentuan
nama negeri ini. Sejarah tercatat pada masa Sultan Siak yang ke 11
yaitu Sultan Assayaidis Syarief Hasyim Abdul Jalil
Syaifuddin. Pada tahun 1880,
pemerintahan di Negeri Makmur Kencana Tebing Tinggi dikuasai
oleh J.M. Tengkoe Soelong Tjantik Saijet Alwi yang bergelarTuan
Temenggung Marhum Buntut (Kepala Negeri yang bertanggung jawab kepada
Sultan Siak). Pada masa pemerintahannya di bandar ini terjadilah polemik dengan
pihak Pemerintahan Kolonial Belanda yaitu Konteliur Van Huis mengenai
perubahan nama negeri ini, dalam sepihak pemerintahan kolonial Belanda mengubah
daerah ini menjadi Selatpanjang, namun tidak disetujui oleh J.M. Tengkoe
Soelong Tjantik Saijet Alwi selaku pemangku daerah. Akhirnya berdasarkan
kesepakatan bersama pada tanggal 4 September 1899, Negeri Makmur
Kencana Tebing Tinggi berubah menjadi Negeri Makmur Bandar
Tebingtinggi Selatpanjang.J.M. Tengkoe Soelong Tjantik Saijet Alwi
mangkat pada tahun 1908. Seiring waktu masa diawal Pemerintahan Republik
Indonesia, kota selatpanjang dan sekitarnya ini merupakan Wilayah Kewedanan di
bawah Kabupaten Bengkalis yang kemudian berubah status menjadi Kecamatan
Tebingtinggi.Pada tanggal 19 Desember 2008,daerah selatpanjang dan
sekitarnya ini berubah menjadi Kabupaten Kepulauan Meranti memekarkan
diri dari Kabupaten bengkalis dengan ibukota Selatpanjang
- Perisai dengan warna dasar hijau yang memiliki arti alam yang subur sebagai ketahanan pangan masyarakat Kabupaten kepulauan Meranti, dengan garis pinggir hitam dan kuning memiliki kekuatan dan kebesaran masyarakat Kabupaten Kepulauan Meranti dalam mempertahankan wilayahnya, serta lekukan di kanan dan kiri atasmemiliki arti bentuk geografis wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti yang memiliki tanjung dan teluk.
- Bambu berwarna kuning memiliki arti semangat dan perjuangan masyarakat dalam pembentukan Kabupaten Kepulauan Meranti dengan 9 (Sembilan) Ruas Bambu menunjukan tahun 2009 sebagai tahun pengesahan Kabupaten Kepulauan Meranti.
- Pohon sagu memiliki arti salah satu sumber kekuatan pangan dan perekonomian masyarakat Kabupaten Kepulauan Meranti dengan jumlah pohon sebanyak 1 (satu) batang dan pelepah yang berjumlah 16 (enam belas) buah menunjukan tanggal 16 Januari yang merupakan tanggal dan bulan pengesahan Kabupaten Kepulauan Meranti.
- Daun sirih, Urat-urat pada daun sirih dan setangkai buah pinang berwarna orange memiliki arti sifat dan ciri masyarakat Kabupaten Kepulauan Meranti yang selalu hidup dalam tuntunan agama, rukun dan menjunjung tinggi nilai-nilai adat istiadat dan budaya, ramah tamah dan terhormat serta selalu mengembangkan ilmu pengetahuan. 17 (Tujuh Belas) helai daun sirih, 45 (empat puluh lima), urat-urat pada daun sirih dan 8 (delapan) buah pinang merupakan tanggal, bulan dan tahun kemerdekaan Republik Indonesia.
- Perahu Layar Berwarna Kuning dengan warna putih yang terkembang,melambangkan wilayah Kabupaten kepulauan Meranti Sebagai kawasan strategis yang menjadi sumber ekonomi masyarakat Kabupaten Kepulauan Meranti dengan letaknya yang berada pada jalur transportasi laut serta memiliki potensi sebagai kawasan niaga dengan posisinya sebagia tempat persinggahan atau daerah transit.
- Lima garis gelombang berwarna biru dan putih menunjukan jumlah sila yang terdapat dalam Panca Sila sebagai dasar Negara Republik Indonesia serta melambangkan masyarakat kabupaten kepulauan meranti yang berketuhanan, berkemanusiaan, bersatu, demokratis dan sejahtera.
- Tulisan Arab Melayu “Kepulauan Meranti” melambangkan penghormatan masyarakat Kabupaten Kepulauan Meranti terhadap ilmu pengetahuan dan sejarah.
- Pita berwarna merah bertulisan “KEPULAUAN MERANTI” berwarna putih melambangkan tekad dan kesiapan rohani dan jasmani masyarakat Kabupaten Kepulauan Meranti dalam menghadapi perubahan peradaban dan perkembangan zaman.
·
Pagelaran
Seni Melayu Tari Zapin
Zapin merupakan
hasanah tarian rumpun Melayu yang mendapat pengaruh dari Arab. Tari Zapin pada
mulanya merupakan tarian hiburan dikalangan raja-raja di istana setelah dibawa
oleh para pedagang-pedagang di awal abad ke-16.Tarian tradisional ini bersifat
edukatif dan sekaligus menghibur, digunakan sebagai media dakwah Islamiyah
melalui syair lagu-lagu zapin yang didendangkan. Musik pengiringnya terdiri
dari dua alat yang utama yaitu alat musik petik gambus dan tiga buah alat musik
tabuh gendang kecil yang disebut marwas.Tarian ini biasa ditarikan oleh penari
perempuan bahkan penari campuran laki-laki dengan perempuan. Pagelaran Seni ini
biasa dilakukan pada hari hari tertentu yang dianggap penting oleh masyarakat
Selatpanjang seperti hari hari besar keagaamaan ataupun dalam acara pernikahan.
Fiesta Bokor Riviera
Suatu Even untuk memperkuat tali Persaudaraan (Silahturahmi)
& Menjunjung Tinggi Nilai Khasanah Budaya Melayu serta memperkenalkan
wisata alam hutan mangrove didaerah Meranti.Even ini di selenggarakan di desa
Bokor, Kecamatan RAngsang Barat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar