PERJUANGAN TENGKU SULUNG UNTUK TANAH MELAYU
Kebanyakan Orang-orang
indonesia hanya tahu bahwa perjuangan perlawanan terhadap penjajahan hanya
terfokus di pulau jawa saja.tapi nyatanya ada banyak perjuangan melawan
penjajah di daerah lain.begitu juga di Tanah Melayu ada banyak pejuang
kemerdekaan yang kurang di kenal bahkan terkesan terlupakan dan terabaikan oleh
bangsa ini.
Adalah seorang pejuang tanah melayu di daerah Reteh yang merupakan Daerah
kekuasaan kerajaan melayu Riau.Pada masa kecilnya seorang Tengku Sulung sudah
dididik dengan ajaran disiplin terutama tentang Keagamaan,yang menjunjung
tinggi keadilan dan menentang adanya penindasan serta kekejaman.. Pemahamannya
tentang Agama Islam membuatnya tidak suka dengan oknum dan orang Belanda yang
semena-mena menzhalimi tanpa kenal dan pandang bulu. Tengku Sulung sangat
menentang Belanda bahkan Ia tidak pernah bekerja sama dengan Belanda dalam
bentuk apapun.
Tengku Sulung merupakan seorang pejuang kemerdekaan yang melakukan
perjuangan melawan kekejaman kolonial Belanda di daerah Reteh/Sungai Batang.
Tengku Sulung yang selayaknya mendapat gelar pahlawan diperkirakan lahir di
Lingga, Kepulauan Riau.
Ketika memasuki masa Remaja Tengku Sulung pernah
mendapat pelatihan untuk mengarungi lautan dan pergi ke kalimantan. Di
Kalimantan daerah Kruang ada suatu hal suram terjadi Tengku Sulung terkena
tembakan di bagian mukanya sehingga tembakan itu memberi bekas pada wajahnya
sampai masa tuanya.Tengku Sulung mempunyai seorang sahabat bernama Encik
Montel.Tengku Sulung dan Encik Montel pada akhirnya menjadi bajak laut. Tengku
Sulung bersama sahabatnya ini, Encik Montel menjadi pemimpin bajak laut yang
tersohor dan menetap di Kalimantan.Belanda mengangap Tengku Sulung dan Encik
Montel sangat meresahkan kapal-kapal Belanda.keresahan ini menimbulkan niat
Belanda untuk melakukan penangkapan terhadap Tengku Sulung maupun Encik Montel.
Setelah tertangkap dan kemudian diberikan pengampunan oleh Komisaris Du Bus De
Giusignies Tengku Sulung diperkenankan tinggal di sepanjang Sungai Reteh dengan
syarat yang diajukan bahwa ia harus melepaskan pekerjaan membajak. Hal ini
memang ditaatinya sungguh-sungguh.
Masa kejayaan dari seorang Tengku Sulung
memperoleh kedudukan sebagai Panglima Besar Reteh setelah Sultan Muhammad,
Sultan Lingga yang berkuasa di Reteh. Waktu itu Sulung tidak mau tunduk pada
Sultan Sulaiman yang diangkat oleh Belanda untuk kawasan yang sama,
menggantikan Sultan Mahammad. Semula Tengku berkedudukan di Kotabaru Hulu Pulau
Kijang sekitar 16 mil dari Pulau Kijang. Di Desa ini Tengku Sulung membangun
Benteng yang kelak ditandai dengan adanya Desa Benteng, Sungai Batang,
Indragiri Hilir di Hulu Sungai Batang. Benteng ini dibangun di kawasan seluas 2
hektar. Sekitar 3 Km dari benteng ini terdapat rumah Tengku Sulung berupa
benteng kecil yang ditumbuhi pohon dedap. Dibenteng itulah pertahanan Tengku
Sulung dan pasukannya dalam melawan Belanda yang datang dari pusat keresidenan
di Tanjung Pinang. Tengku Sulung sangat didukung oleh pasukannya baik yang
berdiam di Hilir maupun di Hulu Kotabaru. Akibat tindakannya yang sering
mengganggu pelayaran Belanda di sekitar perairan Kepulauan Riau membuat pihak
Belanda menjadi marah dan pada tanggal 13 Oktober 1858, pasukan Tengku Sulung
dikepung oleh Belanda dari berbagai jurusan. Namun Tengku Sulung masih mendapat
bantuan dari orang-orang Melayu asli Reteh, Enok dan Mandah. Bahkan Pasukan
dari Indragiri secara menyamar membantu perjuangan Tengku Sulung.
Sungguh sangat di sayangkan pada akhirnya selesai sudah
Perjuangan Tengku Sulung dan Pasukannya terhenti setelah Belanda membawa Haji
Muhammad Thaha, juru tulis Tengku Sulung yang sebelumnya tertangkap oleh
Belanda di Kotabaru. Waktu itu, Tengku Sulung di ultimatum oleh Residen Belanda
supaya menyerah kepada Komandan Ekspedisi. Namun Tengku Sulung masih memberikan
perlawanan, karena kekuatan Tengku Sulung yang tidak berimbang dibanding
Pasukan Belanda, akibatnya penyerangan Belanda pada tanggal 7 November 1858
banyak menewaskan rakyat Reteh dan Tengku Sulung sendiri juga ikut tertembak di
bagian leher oleh pasukan Belanda pada saat sedang memeriksa tembok benteng.
Bahkan
karena begitu berartinya Perjuangan seorang Tengku Sulung atas tanah Melayu
hingga kini nama Tengku Sulung digunakan dan di abadikan menjadi nama
sebuah Rumah sakit Umum Daerah di Pulau Kijang yaitu RSUD Tengku Sulung.
DAFTAR PUSTAKA
- Abrus S,Rustam. 1998. Sejarah perjuangan panglima Besar Pateh tengku
Sulung melawan Belanda Tahun 1858. Pekanbaru: unri press - Junus, hasan. 2000.
Kerajaan Indragiri. Pekanbaru: unri press
- http://www.cekau.com/2012/03/pahlawan-melayu-riau-yang-terlupakan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar